Diary Shafar (30)
QOUL MAULANA DI WAKTU HULTAH
(Catatan 20, SEMARAK HULTAH ke-89 Madrasah NWDI)
"Usia saya sudah senja, akan tetapi saya ingin menjadi seperti matahari yang senantiasa berputar dari timur ke barat bukan saja 24 jam tetapi telah berjuta-juta tahun gurun dan zaman tidak terlambat biar satu menit" (Diucapkan pada perayaan Hultah Madrasah NWDI ke-52 tahun 1988 di Pancor diambil dari berita koran Yogyakarta Jum'at 5 Agustus 1988)
Kenang-kenangan Pendiri NW, berupa qoul atau perkataan beliau penting diabadikan, ditulis, dibukukan, disosialisasikan, dijadikan materi pelajaran di sekolah-sekolah atau madrasah Nahdlatul Wathan. Bahkan sebagai Pahlawan Nasional, segala yang bertalian atau berkaitan dengan kehidupan Al-Magfurulah Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid penting dipelajari dan dikaji sebagai kekayaan khazanah ilmu pengetahuan.
Ketika membaca qoul Maulana diatas, membacanya dengan menghayati dan meresapi setiap kata, baca ulang dan mengulang sekali lagi, akan terbangun energi semangat yang terpancar dari makna kuat pesan-pesan kebajikan di dalamnya. Jasad boleh berkalang tanah, tapi semangat, nasihat, tauladan beliau tetap hidup mewarnai, memotivasi, mencerahkan kehidupan kita.
Sama seperti kehidupan para Nabi, para Rasul, para sahabat, para tabi'in, meskipun secara zahir telah tiada, tapi ajaran, fatwa, suri tauladan, tetap dipelajari, tetap dijadikan rujukan beragama, bertaqorrub ilalloh. Demikian juga para ulama warosatul ambiya, para tokoh ummat, para kiyai, para wali, orang-orang soleh, masih hidup tuntunan dan ajarannya.
Kisah siroh hidupnya, biografi dan perjuangannya memenuhi perpustakaan-perpustakaan dan toko-toko buku. Kata-katanya diabadikan dalam catatan buku dan kitab yang dijadikan pembelajaran untuk ummat. Termasuk kita warga Nahdlatul Wathan, semua qoul, ucapan nasihat, wasiat Maulanasyaikh Kiyai Hamzanwadi pendiri Madrasah NWDI, Madrasah NBDI dan pendiri organisasi NW sebagai pedoman dan rujukan kita berjuang.
Inilah pentingnya dokumentasi jurnalistik, jejak digital, harus ada yang mau dan peduli mengabadikan setiap moment penting para guru kita, pinpinan kita, tokoh-tokoh panutan kita, para tuan guru kita. Sangat terasa berharga menjadi motivasi ummat dalam beragama. Termasuk dalam menjalani kehidupan dunia fana.
Bagaimana jadinya kalau qoul Maulana diatas tidak ditulis oleh berita koran Yogyakarta. Tentu akan hilang nasihat berharga ini, menguap tersapu bersama waktu. Tapi ketika diikat dengan catatan, diabadakikan dalam ruang jurnalistik, alhasil bisa kita nikmati saat ini sebagai menu nutrisi perjuangan untuk kita semua.
Apalagi dewasa ini kita berada diera digital, diera yang disebut dengan seciety 5.0 (baca five point zero) dimana sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Dengan demikian kita akan lebih mudah mengabadikan, mensosialisasikan, memasyarakatkan ajaran dan dakwah syiar Islam, termasuk dakwah Nahdliyyah, gerakan memperjuankan Iman Taqwa yang diusung ormas NW.
Moment HULTAH Madrasah NWDI yang ke-89 tahun ini, muncul ke permukaan qoul Maulana yang telah diucapkan beliau 36 tahun yang silam. Hebatnya, pengucapan qoul itu pada saat yang bersejarah bagi perjalanan tasyakkuran HULTAH Madrasah NWDI. Ketika itu Madrasah NWDI berhultah yang ke-52.
Bila semangat berorganisasi kita mengalami degredasi, penting bagi kita untuk meng-upgrade-nya dengan kata-kata penyemangat dari guru besar kita, pahlawan Nasional kita Maulana Abul Madaris Walmasajid. Agar kita senantiasa tetap positif, produktif, inovatif, dan tentunya menjadi pribadi yang kompetitif bertaqorrub ilalloh.
(Ahad 21 Shafar 1445 H/25 Agustus 2024)