BELAJAR DARI LAMPU LANTAS
(Catatan dari Diklat Pasukan Inti Barisan Hizbullah NW di Objek Wisata Tereng Kuning Aik Bukak Loteng)
Alam yang ramah dengan pemandangan yang indah di kawasan Aik Bukak, tersenyum kepada siapa saja yang berkunjung. Tak mau mengecewakan, tapi ingin memberi kedamaian dan kesejukan.
Gemercik air yang mengalir tanpa henti, menjadi instrumen musik alam yang syahdu, membuat hati turut berdendang dengan butiran tasbih, lalu terucaplah kalimat toyyibah, memuji sang pencipta.
Abah Ketua PDNW Al-Mukarram Dr. TGH. Zainal Arifin Munir, Lc. M.Ag dalam pembekalan anggota dengan materi "Etika Berorganisasi" memberikan analogi bahwa dalam berorganisasi dapat kita belajar dari lampu lalu lintas.
Semua orang sudah maklum, bahwa makna daripada isyarat lampu lalu lintas itu sudah jelas. Warna hijau boleh jalan, lampu merah berhenti, dan lampu kuning berhati-hati. Tidak boleh ditafsirkan dengan pendapat seenak diri kita.
Bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau kita melanggar lampu merah, pasti amburadul dan kekacauan akan terjadi. Paling fatal konsekwensinya akan terjadi kecelakaan yang membahayakan bukan hanya untuk diri tapi orang lain.
Intinya kalau kita mau selamat, maka kita harus sami'na waato'na mengikuti isyarat lampu lalu lintas dalam berkendara. Demikian pula dengan berorganisasi, kita harus sami'na waato'na, tidak baik kita menafsir-nafsirkan lagi kebijakan dan arahan organisasi, kalau itu terjadi, maka kekacauan pasti terjadi.
Hal tersebut sesuai dengan Wasiat guru besar kita Al-Magfurulah Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid Al-Anfenaani berikut ini:
"Tidak ada artinya berorganisasi
Apabila instruksi tak ditaati
Itu namanya bernafs-nafsi
Bernafsu-nafsu membakar diri"
(Kamis, 12 Muharram 1444 H/ 11 Agustus 2022 M)